Sejarah Semen: Mengungkap Asal Usul dan Perkembangannya yang Menakjubkan
Table Of Contents
Semen merupakan zat yang digunakan untuk merekatkan batu, bata, batako maupun bahan bangunan lainnya. Semen sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan utama dalam membangun rumah, bangunan ataupun gedung. Tanpa semen, kita tidak akan pernah melihat rumah-rumah yang indah, bangunan yang megah, ataupun gedung-gedung pencakar langit yang kokoh.
ASAL-USUL SEMEN
Semen sebagai bahan perekat batu atau bata yang kita ketahui selama ini berbeda dengan bahan perekat pada zaman dahulu kala. Legenda menceritakan bahwa bahan perekat yang digunakan oleh nenek moyang kita saat membangun bangunan fenomenal seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan di Indonesia, jembatan di Cina, atau bangunan kuno di India dan di Pulau Buton, menggunakan zat putih telur, ketan atau aspal alami. Legenda tersebut menunjukkan bahwa fungsi semen sudah dikenal sejak zaman dahulu kala.
Kata semen berasal dari kata caementum (bahasa Latin) yang artinya âmemotong menjadi bagian-bagian kecil yang tak beraturanâ. Semen pertama yang berbentuk bubuk ditemukan pada zaman Kerajaan Romawi di daerah Pozzuoli (dekat Napoli). Bubuk ini diberi nama pozzuolana. Bubuk yang digunakan sebagai bahan perekat dan penguat bangunan ini merupakan hasil campuran batu kapur dan abu vulkanis. Ramuan bubuk pozzuolana yang cukup populer saat itupun menghilang menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M).
Pada abad ke-18 seorang insinyur asal Inggris, John Smeaton menemukan dan mengembangkan ramuan kuno tersebut dengan mencampur batu kapur dengan tanah liat. Campuran yang dibuatnya ini digunakan untuk pembangunan menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris (saat ini dikenal sebagai Menara Smeaton). Namun sangat disayangkan bahwa John Smeaton tidak membuat hak paten atas proses pembuatan semen tersebut.
Pada 1824, Joseph Aspdin, seorang insinyur kebangsaan Inggris yang membuat hak paten atas ramuan semen tersebut dengan nama Semen Portland. Nama Portland digunakan karena hasil akhir warna ramuan yang diolahnya mirip tanah liat di Pulau Portland, Inggris. Bahan campuran yang digunakan Joseph Aspdin ini tidak berbeda jauh dengan bahan yang dibuat oleh John Smeaton. Bahan utama yang digunakan adalah batu kapur dan tanah liat. Batu kapur yang kaya akan kalsium dicampur tanah liat atau lempung yang mengandung banyak silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) dan oksida besi, kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi hingga membentuk campuran baru.
Semen Portland inilah yang dikenal dan paling umum digunakan di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester dan adukan non-spesialisasi.
SEJARAH SEMEN DI INDONESIA
Berjalannya waktu, berdirilah pabrik-pabrik semen di Eropa dan kemudian merambah ke negara-negara jajahan bangsa Eropa di Asia. Tahun 1906, seorang ahli teknik pemerintah Belanda bernama Corel Christopher, menemukan deposit batu kapur dan batu silica dalam jumlah yang besar di Indarung, Padang, Sumatera Barat. Tahun 1910 pihak swasta Belanda mendirikan perusahaan dengan nama NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV. NIPCM).
Tahun 1910 NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV. NIPCM) di Padang Sumatera Barat
Tahun 1958 NV. NIPCM berubah nama menjadi PT. Semen Padang
Tahun 1957 PT. Semen Gresik di Jawa Timur
Tahun 1968 PT. Semen Tonasa di Pangkep - Sulawesi Selatan
Tahun 1975 PT. Semen Cibinong dan PT. Indocement
Tahun 1999 PT. Semen Bosowa di Maros - Sulawesi Selatan
Tahun 2013 PT. Semen Gresik berubah nama menjadi PT. Semen Indonesia
Dirangkum dari berbagai sumber