Rumah Ramah Lingkungan: Solusi Masa Depan yang Berkelanjutan
Table Of Contents
Beberapa saat lalu ada Instagram feed yang mengatakan bahwa suhu air PAM berada pada kisaran 30-35oC atau hampir 100oF. Panasnya cuaca ekstrim ini, jika thermometer yang digunakan berfungsi dengan baik, menunjukkan bahwa pemanasan global itu benar-benar sedang terjadi. Sudah saatnya kita mengubah mindset kita untuk lebih ramah lingkungan atau istilah kerennya, eco-friendly.
Eco-friendly yang dapat kita lakukan secara pribadi antara lain adalah membangun kesadaran dan mulai bertindak:
- Membuang sampah pada tempatnya.
- Memilah sampah organik dengan sampah non-organik.
- Meminimalisir penggunaan kantong plastik.
- Tidak memboroskan energi.
- Tidak memboroskan penggunaan air bersih.
- Memakai ulang kertas.
- Memakai ulang dan mendaur ulang sampah.
- Menggunakan produk hasil daur ulang.
Untuk hunian atau bangunan rumah tinggal, kita juga dapat menerapkan konsep eco-friendly ini. Konsep utamanya adalah sebuah hunian yang minim jejak emisi karbonnya, sehingga ramah terhadap lingkungan dan rendah kebutuhan energinya. Banyak sekali versi rumah eco-friendly, khususnya dari dunia barat. Namun sayangnya rumah eco-friendly versi dunia barat tidak relevan dengan wilayah kita yang beriklim tropis ini!
Mari kita coba bahas beberapa poin secara sederhana namun aplikatif bagi kita:
- Menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan namun kuat, misalkan precast concrete, batu kapur, dan sebagainya.
- Menggunakan bahan baku yang didaur ulang atau dipakai ulang, misalnya menggunakan kusen aluminum bekas, dan sebagainya.
- Memiliki bukaan untuk sirkulasi yang baik dan sehat, sehingga udara di dalam rumah tetap terjaga kesejukanya dan juga mengurangi penggunaan AC. Hal ini juga mengurangi pemakaian listrik.
- Memiliki bukaan jendela yang sesuai arah matahari sehingga dapat memenuhi kebutuhan penerangan di siang hari. Hal ini akan mengurangi penggunaan lampu sehingga usia pakai lampu lebih panjang dan konsumsi listrik siang hari lebih sedikit. Karena sebagian populasi Indonesia berada di sebelah selatan khatulistiwa, sebaiknya bukaan jendela lebih banyak di area yang menghadap utara.
- Melakukan rain harvesting: menampung air hujan dari talang dan menggunakannya untuk sanitasi. Sebagian air hujan dialirkan ke dalam tanah melalui lubang biopori dan sumur resapan untuk meningkatkan cadangan air dalam sumur tanah. Baca juga MENGENAL BIOPORI & SUMUR RESAPAN
- Memanfaatkan panas matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik dengan panel surya. Listrik yang dihasilkan disimpan di dalam batere dan digunakan saat hari mulai gelap. Hal ini dapat mengurangi konsumsi listrik PLN.
- Pada area yang memiliki banyak angin, arus angin dimanfaatkan untuk memutar turbin angin sehingga menghasilkan energi listrik. Sama seperti panel surya, listrik yang dihasilkan disimpan di dalam batere dan digunakan saat hari mulai gelap. Hal ini juga dapat mengurangi konsumsi listrik PLN.
- Lahan kosong dimanfaatkan untuk membuat apotik hidup maupun taman dinding atau taman vertikal sehingga produksi oksigen di area rumah tetap terjaga. Tanaman yang digunakan juga termasuk tanaman yang bisa dikonsumsi seperti selada air dan juga tanaman obat-obatan yang berguna bagi kesehatan.
Mungkin ada dari Anda yang merasa hal ini percuma. Bayangkan jika gerakan membangun rumah ramah lingkungan ini dikerjakan oleh 1000 orang, pasti akan ada perubahan di lingkungan tersebut. Semuanya itu tentunya harus dimulai dari satu orang, yaaa⦠diri kita sendiri! Demi generasi sesudah kita. Demi anak-cucu kita mendatang.