Mengenal Jenis-Jenis Lampu untuk Pencahayaan Ideal
Table Of Contents
Manusia menyukai terang. Dengan terang kita merasa aman, kita dapat melihat dengan jelas dan kita dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu lampu adalah satu komponen yang penting bagi manusia. Sejak zaman dahulu, manusia menggunakan lampu sebagai alat penerangan pada saat gelap dan pada waktu malam. Mulai dari lampu minyak hingga lampu listrik, manusia terus berupaya menciptakan lampu yang semakin efisien.
Â
Ada beberapa jenis lampu listrik yang ada di pasaran. Tetapi yang umum digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah:
- Lampu Pijar
Â
Ini adalah lampu bohlam biasa yang umum kita pakai. Ini adalah pengembangan dari lampu pijar seperti yang diciptakan tahun 1879 oleh Thomas Alva Edison. Edison bukanlah penemu pertama lampu pijar, tetapi usahanya menyebabkan lampu pijar ini dapat diproduksi secara massal sehingga dapat dinikmati orang-orang di seluruh dunia. Cahaya lampu ini dihasilkan dari berpijarnya filamen, kawat tipis yang terbuat dari tungsten, saat dialiri arus listrik. Filamen tungsten ini ditempatkan di dalam bola lampu (bohlam) kedap udara agar suhu panasnya terkonsentrasi di sekitar filamen tersebut. Dengan suhu kerja yang tinggi, filament akan berpijar lebih terang.
Â
Kestabilan cahaya yang dihasilkan tergantung pada kestabilan aliran listrik. Jika tegangan listrik turun, maka pijaran cahaya juga meredup. Intensitas lampu ini sekitar 15 lumen/watt, sehingga untuk menghasilkan cahaya yang lebih terang, diperlukan juga energi listrik yang besar.
Â
Karena temperatur kerja yang tinggi, lama kelamaan diameter kawat filamen akan terkikis dan akhirnya putus sehingga lampu sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Umumnya rata-rata usia pakai lampu pijar adalah 1.000 jam atau sekitar 4 bulan untuk penggunaan 8 jam sehari.
Â
Efisiensinya juga rendah, karena hanya sekitar 5% dari energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya. Sisanya diubah menjadi energi panas. Efisiensi ini termasuk rendah.
Â
- Lampu Pendar
Â
Lampu ini adalah hasil pengembangan teknologi untuk mendapatkan lampu yang lebih efisien dari lampu pijar. Lampu pendar yang di Indonesia akrab disebut lampu fluorescent atau lampu neon ini diciptakan pada 1938.
Â
Cahaya yang dihasilkan berasal dari proses eksitasi gas. Untuk lampu neon, seperti namanya, digunakan gas neon dan menghasilkan cahaya berwarna merah. Untuk lampu fluorescent, gas argon yang digunakan. Cahaya putih yang didapat adalah proses lanjutan dari proses eksitasi tadi dengan permukaan fosfor pada bagian dalam tabung lampu. Proses eksitasi terjadi dua kali, yang pertama menghasilkan sinar ultraviolet dengan menggunakan merkuri, proses yang kedua terjadi saat sinar ultraviolet bereaksi dengan atom fosfor menghasilkan cahaya.
Â
Usia pakai lampu pendar lebih panjang dibandingkan lampu pendar, yaitu sebesar 8.500 â 10.000 jam. Intensitas cahaya lampu pendar juga lebih tinggi dari lampu pijar, yaitu sekitar 67 lumen/watt. Energi listrik yang diubah menjadi energi panas juga lebih rendah dibandingkan lampu pijar, sehingga tingkat efisiensinya juga lebih tinggi, oleh sebab itu lampu pendar disebut juga sebagai lampu hemat energi.
Â
Keberadaan merkuri yang beracun menyebabkan lampu jenis ini, apalagi jika pecah, dirasa menjadi kurang akrab bagi pengguna dan lingkungan.
Â
- Lampu LED
Â
Usaha untuk menciptakan lampu yang lebih efisien tetapi ramah lingkungan terus dikembangkan seiring perkembangan zaman yang kini mulai membahas soal isu lingkungan hidup masa ini dan masa depan. Lahirlah lampu dengan diode pemancar cahaya (light-emitting diode) atau saat ini dikenal sebagai lampu L.E.D. atau cukup sebagai lampu LED.
Â
Penelitian lampu LED dimulai 1960-an dan berhasil menciptakan lampu LED merah dan hijau. Baru pada 1990-an, LED biru berhasil diciptakan oleh tiga ilmuwan Jepang Isamu Akasaki, Hiroshi Amano, dan Shuji Nakamura. Setelah LED biru berhasil dibuat, LED putih kemudian juga berhasil dibuat. Pada 2014, ketiga ilmuwan Jepang tadi dianugerahi hadiah Nobel Fisika berkat penemuan mereka ini.
Â
Dibandingkan dengan kedua lampu sebelumnya, penghasil cahaya pada lampu LED sangatlah kecil. Hanya berukuran kurang dari 1 milimeter persegi! Karena ukuran yang kecil ini, diperlukan rangkaian dari beberapa LED untuk mendapatkan satu bola lampu sebagai alat penerangan. Ukuran yang kecil ini juga memberikan keuntungan, LED dapat digunakan pada berbagai fungsi. Bukan saja sebagai alat penerangan di jalan ataupun rumah, tetapi juga pada berbagai perangkat elektronik mulai dari remote control, layar televisi, layar monitor hingga layar perangkat telepon seluler.
Â
Lampu LED memiliki intensitas cahaya sekitar 70 â 100 lumen/watt. Karena suhu kerja tidak terlalu panas, maka usia pakai pun bertambah, yaitu hingga 50.000 jam. Belum lagi dari nilai efisiensi yang mencapai 50% dari energi listrik diubah menjadi energi cahaya, sehingga lampu LED benar-benar menguntungkan untuk penggunaan jangka panjang.
Â
Sebenarnya ada satu jenis lampu yang tidak disebut di sini, yaitu lampu halogen. Lampu halogen adalah pengembangan dari lampu pijar yang menggunakan gas halogen di dalam tabung lampu sehingga filamen dapat berpijar lebih terang. Lampu ini biasanya digunakan untuk kegunaan khusus seperti untuk lampu area pameran dan sebagainya. Saat ini jarang sekali digunakan untuk keperluan rumah tangga mengingat konsumsi listriknya yang lebih besar daripada lampu pijar biasa.
Â
Dari jenis-jenis lampu yang kita bahas di atas, kita dapat melihat adanya penignkatan efisiensi seiring perkembangan zaman dan teknologi. Dilihat dari harga, lampu LED masih terbilang cukup mahal karena proses pembuatannya yang rumit.
Â
Semoga di masa mendatang, manusia dapat menciptakan lampu LED dengan harga yang lebih ekonomis lagi.
Â
Â
Dirangkum dari berbagai sumber.
Foto banner: istimewa
Gambar konten:
https://sains.kompas.com/read/2014/10/23/19591751/Evolusi.Sebuah.Bola.Lampu