BATU BATA MERAH: SEBUAH SEJARAH PERADABAN
Table Of Contents
Batu bata merah atau cukup disebut ‘batu bata’ atau ‘bata merah’ adalah bahan bangunan yang paling umum dalam sejarah peradaban manusia. Menurut ahli sejarah, bata merah sudah digunakan sejak 7000 SM. Wow! … dan prinsip pembuatannya tidak banyak berubah.
Batu bata dibuat dari adonan tanah liat yang dicampur air. Adonan yang terlihat seperti lumpur ini diaduk hingga kental dan dicetak dengan cetakan kayu dan kemudian dijemur hingga kering di bawah teriknya sinar matahari. Batu bata yang dihasilkan cukup kuat untuk menghasilkan bangunan besar dan permanen. Bangunan tersebut terasa sejuk di siang hari dan hangat di malam hari, karena batu bata lambat untuk menyerap panas matahari di siang hari dan lambat melepaskan panas saat malam hari. Prinsip ini digunakan oleh bangsa Mesir kuno dalam membuat bangunan.
Mereka juga mencampur jerami ke dalam adonan tanah. Campuran jerami ini rupanya memperkuat batu bata secara struktural sehingga tidak mudah pecah. Batu bata umumnya digunakan bangsa Mesir untuk membangun area permukiman dan bangunan public. Untuk bangunan besar seperti kuil dan piramida mereka menggunakan batu kapur berukuran besar yang mereka pahat keluar dari area tambang batu di hulu sungai Nil.
Pada 3500 SM, mulai dikenal cara membuat batu bata yang dibakar. Batu bata ini dibakar di dalam tungku perapian dengan temperatur yang sangat tinggi. Batu bata yang dibakar ini menjadi lebih kuat dan mampu digunakan untuk membuat bangunan-bangunan tinggi. Batu bata bakar ini digunakan oleh bangsa India, Cina, Romawi dan juga bangsa yang mendiami wilayah Nusantara pada masa itu. Kita dapat melihat peninggalan-peninggalan bangunan-bangunan yang dibuat dari batu bata ini. Beberapa malahan masih berdiri dengan megah.
Karena dibakar, maka pembuatan batu bata tidak memerlukan panas matahari. Berarti batu bata dapat diproduksi di area lain yang iklimnya lebih sejuk.
Bangsa Romawi dengan pasukan legiunernya membawa teknik pembuatan batu bata ini ke seluruh wilayayh kekaisarannya. Pasukan Romawi menggunakan mobile kiln (tungku yang dapat dibawa) sehingga pembuatan batu bata ini dapat beroperasi dengan cepat untuk membangun benteng pertahanan dan pemukiman di seluruh koloni mereka. Mereka hanya memproduksi batu bata berwarna putih dan merah.
Di Indonesia, kita dapat melihat bangunan-bangunan dari batu bata peninggalan peradaban masa lalu. Peradaban Nusantara masa itu rupanya cukup maju dalam menggunakan batu bata merah yang dibakar ini. Mereka menggunakannya untuk membangun candi-candi yang sisa-sisanya masih berdiri hingga saat artikel ini ditulis.
Di wilayah pulau Jawa dan Sumatra, kita menemukan banyak candi yang dibuat dari bata merah:
- Candi Bahal, Padang Lawas, Sumatra Utara. Candi Budha peninggalan Kerajaan Panai yang sezaman dengan Majapahit di Pulau Jawa, abad 11 – 13 Masehi.
- Kompleks Candi Muara Takus, Kampar, Riau. Candi Budha yang dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya, abad 11 – 12 Masehi. Ini adalah peninggalan kompleks candi terbesar yang ditemukan di Sumatra hingga saat ini.
- Kompleks Candi Batujaya, Karawang, Jawa Barat: Candi Blandongan, Candi Jiwa. Peninggalan kompleks candi Budha dengan rentang pendirian antara abad 2 – 12 Masehi.
- Candi Jabung, Probolinggo, Jawa Timur. Candi Budha peninggalan abad 14 Masehi, dengan struktur bangunan yang serupa dengan Candi Bahal, di Sumatra.
- Kompleks Candi Trowulan, Jawa Timur: Candi Tikus, Candi Brahu, Gerbang Bajang Ratu, Gerbang Wringin Lawang. Kompleks Candi yang dianggap sebagai bagian dari ibukota Kerajaan Majapahit.
Candi-candi dan bangunan batu bata ini menunjukkan bahwa perjalanan sejarah batu bata merah adalah benar-benar sebuah perjalanan sejarah peradaban manusia hingga kini.
Sumber: brickarchitecture.com, brickdirectory.co.uk, wikipedia.com
Baca juga: Cara Bikin Slime Tanpa Lem Putih dengan Aman